Jumat, 17 Maret 2017

Prajurit TNI Temukan Kampung Tersembunyi yang Tak Pernah Ada di dalam Peta Papua Sebelumnya

Prajurit TNI Temukan Kampung Tersembunyi yang Tak Pernah Ada di dalam Peta Papua

Beberapa waktu lalu, prajurit Batalyon Infantri Raider/700 Kodam VII/Wirabuana menemukan sebuah kampung tersembunyi yang namanya belum ada di dalam Peta.

Dalam kampung bernama Digi di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua ini ada sekitar enam Kepala Keluarga atau kurang lebih 30 jiwa yang mendiaminya.

Kehidupan mereka masih sangat tradisional dan kampung Dini ini berada sekitar 50 kilometer dari Distrik Iwur. Jarak antar rumah berjauhan, rata-rata sampai 10 hingga 20 meter. Rumahnya ada rumah panggung, ada pula yang gubuk. Makanan pokok sagu dan ubi.

Warga yang mendiami kampung Digi ini mengaku sudah 30 tahun tinggal di sana dan dipimpin kepala suku bernama Terry Digibin. Awalnya ada 100 jiwa namun sebagian sudah menyeberang ke Papuna Nugini (PNG).

Kampung ini baru diketahui masuk ke wilayah Indonesia setelah ditemukan oleh prajurit Batalyon Infantri Raider/700 Kodam VII/Wirabuana saat melakukan patroli patok batas yang berada di sekitar Pegunungan Bintang.

Dibantu dengan kepala Distrik Iwur, Benidiktus Bittip selaku penunjuk jalan sekaligus penerjemah karena warga Kampung Digi menggunakan bahasa PNG.

Diketahui jika 16 prajurit yang dipimpin Lettu Kurdi ini telah melaksanakan tugas mereka yaitu mengamankan patok batas (Pamtas) wilayah Republik Indonesia dengan Papua Nugini. Mereka berada di Papua sejak 5 Oktober 2016 lalu.

Selama penugasan, sudah mendapatkan lima patok batas yang selama ini dinyatakan hilang. Mulai tahun 1984 dibangun, belum pernah dicek lagi.

“Saat itulah tim yang dipimpin Lettu Kurdi temukan sebuah kampung terisolir yang namanya tidak ada namanya dalam peta, namun masuk wilayah Indonesia yakni berada pada titik koordinat 9732-2580,” jelas Letkol Infanteri Horas Sitinjak, Kamis (17/11).

Kepala suku dari kampung Digi ini mengatakan jika mereka sangat membutuhkan infrestruktur bagunan jalan yang menghubungkan mereka dengan masyarakat lain.

Namun, selama ini mereka tidak tahu mau mengadu ke siapa karena mereka tidak tahu dengan status mereka apakah warga Indonesia atau warga PNG. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar